Senin, 23 September 2013

Distribusi Frekuensi dan Grafiknya





Pengertian Distribusi Frekuensi
Adalah pengelompokkan data ke dalam beberapa kategori yang menunjukkan banyaknya data dalam setiap kategori, dan setiap data tidak dapat dimasukkan ke dalam dua atau lebih kategori. Distribusi frekuensi adalah susunan data dalam bentuk tunggal atau kelompok menurut kelas-kelas tertentu dalam sebuah daftar.

Jenis-jenis distribusi frekuensi
A.    Distribusi frekuensi tunggal
Distribusi frekuensi tunggal merupakan urutan tiap-tiap skor, satuan-satuan unit dalam suatu data tertentu.
B.    Distribusi frekuensi kelompok
Digunakan untuk data yang banyak jumlahnya. Karena data tidak lagi setiap skor tetapi dikelompokkan pada interval tertentu.

Distribusi frekuensi kumulatif dan proporsi
a.     Distribusi frekuensi tunggal
Kumulasi frekuensi adalah jumlah frekuensi untuk sejumlah data, baik secara keseluruhan atau sebagian. Bentuk kumulasi frekuensi ada dua yaitu kumulasi ke bawah (kumulasi dari data terkecil secara bertahap ke data yang terbesar) dan kukulasi ke atas (kumulasi yang dihitung mulai dari data terbesar secara bertahap ke data yang terkecil).
b.    Distribusi frekuensi proporsi
Proporsi data diperoleh dari pembagian frekuensi suatu data dengan frekuensi total. Proporsi dapat berbentuk pecahan diantara 0 sampai 1 dan juga berbentuk persentase dari 0% sampai 100%.
Rumus
                      Proporsi (p) =     f_
                                                   ∑ f

Ada beberapa istilah yang harus dipahami terlebih dahulu dalam menyusun daftar frekuensi.

Tabel 3.
Kelas ke-
Selang
Nilai Ujian
Batas Kelas
Nilai Kelas
(xi)
Frekuensi
(fi)
1
31 – 40
30.5 – 40.5
35.5
2
2
41 – 50
40.5 – 50.5
45.5
3
3
51 – 60
50.5 – 60.5
55.5
5
4
61 – 70
60.5 – 70.5
65.5
13
5
71 – 80
70.5 – 80.5
75.5
24
6
81 – 90
80.5 – 90.5
85.5
21
7
91 – 100
90.5 – 100.5
95.5
12

Jumlah


80
Range : Selisih antara nilai tertinggi dan terendah. Pada contoh ujian di atas, Range = 99 – 35 = 64

Batas bawah kelas: Nilai terkecil yang berada pada setiap kelas. (Contoh: Pada Tabel 3 di atas, batas bawah kelasnya adalah 31, 41, 51, 61, …, 91)

Batas atas kelas: Nilai terbesar yang berada pada setiap kelas. (Contoh: Pada Tabel 3 di atas, batas bawah kelasnya adalah 40, 50, 60, …, 100)

Batas kelas (Class boundary): Nilai yang digunakan untuk memisahkan antar kelas, tapi tanpa adanya jarak antara batas atas kelas dengan batas bawah kelas berikutnya. Contoh: Pada kelas ke-1, batas kelas terkecilnya yaitu 30.5 dan terbesar 40.5. Pada kelas ke-2, batas kelasnya yaitu 40.5 dan 50.5. Nilai pada batas atas kelas ke-1 (40.5) sama dengan dan merupakan nilai batas bawah bagi kelas ke-2 (40.5). Batas kelas selalu dinyatakan dengan jumlah digit satu desimal lebih banyak daripada data pengamatan asalnya. Hal ini dilakukan untuk menjamin tidak ada nilai pengamatan yang jatuh tepat pada batas kelasnya, sehingga menghindarkan keraguan pada kelas mana data tersebut harus ditempatkan. Contoh: bila batas kelas di buat seperti ini:
Kelas ke-1 : 30 – 40
Kelas ke-2 : 40 – 50
:
dst.
Apabila ada nilai ujian dengan angka 40, apakah harus ditempatkan pada kelas-1 ataukah kelas ke-2?

Panjang/lebar kelas (selang kelas): Selisih antara dua nilai batas bawah kelas yang berurutan atau selisih antara dua nilai batas atas kelas yang berurutan atau selisih antara nilai terbesar dan terkecil batas kelas bagi kelas yang bersangkutan. Biasanya lebar kelas tersebut memiliki lebar yang sama. Contoh:
lebar kelas = 41 – 31 = 10 (selisih antara 2 batas bawah kelas yang berurutan) atau
lebar kelas = 50 – 40 = 10 (selisih antara 2 batas atas kelas yang berurutan) atau
lebar kelas = 40.5 – 30.5 = 10. (selisih antara nilai terbesar dan terkecil batas kelas pada kelas ke-1)

Nilai tengah kelas: Nilai kelas merupakan nilai tengah dari kelas yang bersangkutan yang diperoleh dengan formula berikut: ½ (batas atas kelas+batas bawah kelas). Nilai ini yang dijadikan pewakil dari selang kelas tertentu untuk perhitungan analisis statistik selanjutnya. Contoh: Nilai kelas ke-1 adalah ½(31+40) = 35.5

Banyak kelas: Sudah jelas! Pada tabel ada 7 kelas.

Frekuensi kelas: Banyaknya kejadian (nilai) yang muncul pada selang kelas tertentu. Contoh, pada kelas ke-1, frekuensinya = 2. Nilai frekuensi = 2 karena pada selang antara 30.5 – 40.5, hanya ada 2 angka yang muncul, yaitu nilai ujian 31 dan 38.

 

Teknik pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi (TDF)

Distribusi frekuensi dibuat dengan alasan berikut:
  • kumpulan data yang besar dapat diringkas
  • kita dapat memperoleh beberapa gambaran mengenai karakteristik data, dan
  • merupakan dasar dalam pembuatan grafik penting (seperti histogram).
Langkah-langkah dalam menyusun tabel distribusi frekuensi:
  • Urutkan data, biasanya diurutkan dari nilai yang paling kecil
    • Tujuannya agar range data diketahui dan mempermudah penghitungan frekuensi tiap kelas!
  • Tentukan range (rentang atau jangkauan)
    • Range = nilai maksimum – nilai minimum
  • Tentukan banyak kelas yang diinginkan. Jangan terlalu banyak/sedikit, berkisar antara 5 dan 20, tergantung dari banyak dan sebaran datanya.
    • Aturan Sturges:
    • Banyak kelas = 1 + 3.3 log n, dimana n = banyaknya data
  • Tentukan panjang/lebar kelas interval (p)
    • Panjang kelas (p) = [rentang]/[banyak kelas]
  • Tentukan nilai ujung bawah kelas interval pertama
Contoh:
Kita gunakan prosedur di atas untuk menyusun tabel distribusi frekuensi nilai ujian mahasiswa (Tabel 1).
Berikut adalah nilai ujian yang sudah diurutkan:
 
 35  38  43  48  49  51  56  59  60  60
 61  63  63  63  65  66  67  67  68  70
 70  70  70  71  71  71  72  72  72  73
 73  74  74  74  74  75  75  76  76  77
 78  79  79  80  80  80  80  81  81  81
 82  82  83  83  83  84  85  86  86  87
 88  88  88  88  89  90  90  90  91  91
 91  92  92  93  93  93  95  97  98  99
 
Range:
[nilai tertinggi – nilai terendah] = 99 – 35 = 64
 
Banyak Kelas:
Tentukan banyak kelas yang diinginkan. Apabila kita lihat nilai Range = 64, mungkin banyak kelas sekitar 6 atau 7. Sebagai latihan, kita gunakan aturan Sturges.
banyak kelas = 1 + 3.3 x log(n)
                         = 1 + 3.3 x log(80)
                          = 7.28 ≈ 7
 
Panjang Kelas:
Panjang Kelas = [range]/[banyak kelas]
                           = 64/7
                            = 9.14 ≈ 1o  (untuk memudahkan dalam penyusunan TDF)
 
Tentukan nilai batas bawah kelas pada kelas pertama.
Nilai ujian terkecil = 35. Penentuan nilai batas bawah kelas bebas saja, asalkan nilai terkecil masih masuk ke dalam kelas tersebut. Misalkan: apabila nilai batas bawah yang kita pilih adalah 26, maka interval kelas pertama: 26 – 35, nilai 35 tepat jatuh di batas atas kelas ke-1. Namun apabila kita pilih nilai batas bawah kelas 20 atau 25, jelas nilai terkecil, 35, tidak akan masuk ke dalam kelas tersebut. Namun untuk kemudahan dalam penyusunan dan pembacaan TDF, tentunya juga untuk keindahan, he2.. lebih baik kita memilih batas bawah 30 atau 31.  Ok, saya tertarik dengan angka 31, sehingga batas bawahnya adalah 31.
 
Dari prosedur di atas, kita dapat info sebagai berikut:
Banyak kelas       : 7
Panjang kelas      : 10
Batas bawah kelas  : 31
Selanjutnya kita susun TDF:
Form TDF:
------------------------------------------------------------
  Kelas ke- | Nilai Ujian | Batas Kelas | Turus | Frekuensi
 ------------------------------------------------------------
      1        31 -
      2        41 -
      3        51 -
      :        :  -
      6        81 -
      7        91 -
 ------------------------------------------------------------
   Jumlah
 ------------------------------------------------------------
 
Tabel berikut merupakan tabel yang sudah dilengkapi
Kelas ke-
Nilai Ujian
Frekuensi
(fi)
1
31 – 40
2
2
41 – 50
3
3
51 – 60
5
4
61 – 70
13
5
71 – 80
24
6
81 – 90
21
7
91 – 100
12

Jumlah
80

 

Distribusi Frekuensi Relatif dan Kumulatif

Variasi penting dari distribusi frekuensi dasar adalah dengan menggunakan nilai frekuensi relatifnya, yang disusun dengan membagi frekuensi setiap kelas dengan total dari semua frekuensi (banyaknya data). Sebuah distribusi frekuensi relatif mencakup batas-batas kelas yang sama seperti TDF, tetapi frekuensi yang digunakan bukan frekuensi aktual melainkan frekuensi relatif. Frekuensi relatif kadang-kadang dinyatakan sebagai persen.
Frekuensi relatif =
Contoh: frekuensi relatif kelas ke-1:
fi = 2; n = 80
Frekuensi relatif = 2/80 x 100% = 2.5%
Kelas ke-
Nilai Ujian
Frekuensi relatif (%)
1
31 – 40
2.50
2
41 – 50
3.75
3
51 – 60
6.25
4
61 – 70
16.25
5
71 – 80
30.00
6
81 – 90
26.25
7
91 – 100
15.00

Jumlah
100.00

Distribusi Frekuensi kumulatif

Variasi lain dari distribusi frekuensi standar adalah frekuensi kumulatif. Frekuensi kumulatif untuk suatu kelas adalah nilai frekuensi untuk kelas tersebut ditambah dengan jumlah frekuensi semua kelas sebelumnya
Perhatikan bahwa kolom frekuensi selain label headernya diganti dengan frekuensi kumulatif kurang dari, batas-batas kelas diganti dengan “kurang dari” ekspresi yang menggambarkan kisaran nilai-nilai baru.
Nilai Ujian
Frekuensi kumulatif kurang dari
kurang dari 30.5
0
kurang dari 40.5
2
kurang dari 50.5
5
kurang dari 60.5
10
kurang dari 70.5
23
kurang dari 80.5
47
kurang dari 90.5
68
kurang dari 100.5
80
atau kadang disusun dalam bentuk seperti ini:
Nilai Ujian
Frekuensi kumulatif kurang dari
kurang dari 41
2
kurang dari 51
5
kurang dari 61
10
kurang dari 71
23
kurang dari 81
47
kurang dari 91
68
kurang dari 101
80
Variasi lain adalah Frekuensi kumulatif lebih dari. Prinsipnya hampir sama dengan prosedur di atas.

Grafik Distribusi Frekuensi
Terdapat tiga jenis grafik yang akan kita bahas, yaitu:

Histogram
Histogram adalah salah satu cara menyatakan daftar ditribusi frekuensi atau distribusi frekuensi relatif. Pada histogram, variable ditulis pada sumbu horizontal, dan frekuensi (ataupun frekuensi relatif) digambarkan sebagai panjang dari persegi panjang. Lebar persegi panjang adalah lebar dari kelas interval sehingga antara persegi panjang yang satu dengan yang lain tidak memiliki jarak.
Contoh:




Poligon Frekuensi
Poligon frekuensi merupakan salah satu cara untuk menggambarkan distribusi frekuensi. Untuk memperoleh distribusi frekuensi, kita tempatkan titik di tengah sisi lebar dari setiap persegi panjang. Kemudian, titik-titik tersebut dihubungkan sehingga kita memperoleh grafik garis yang kita sebut dengan poligon frekuensi
Contoh:

Ogive
Kurva distribusi frekuensi kumulatif disebut ogive. Ogive dibuat dengan cara menempatkan titik-titik limit kelas bawah pada sumbu horizontal dan pada sumbu vertikal ditempatkan frekuensi kumulatif. Kemudian titik-titik tersebut dihubungkan sehingga kita mendapatkan kurva yang mulus yang terus meningkat.
Contoh




DAFTAR PUSTAKA:
·         http://taufiksusanto.blogspot.com/2012/06/statistika-distribusi-frekuensi-dan.html
·         http://belajarstatistika.site11.com/distribusifrekuensi.html
·         http://belajarstatistika.site11.com/grafikfrekuensi.html
·         http://smartstat.wordpress.com/2010/03/29/distribusi-frekuensi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar